TIMES JATENG, BLORA – Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Blora sudah berjalan sejak 13 Januari 2025 hingga saat ini. Belum semua sekolah yang mendapatkan program unggulan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran.
Pemberian MBG di Blora dilaksanakan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kabupaten Blora, bisa dikatakan berjalan lancar. Hal ini bisa dilihat dari jarangnya keluhan ataupun komplain dari siswa. Sambutan dan respon dari sejumlah siswa yang merasakan menu makan bergizi juga sangat baik.
SPPG juga mampu melayani kebutuhan MBG dengan baik dan tepat waktu. Hal itu patut mendapatkan apresiasi karena merupakan pertama kali melaksanakan program.
MBG di Blora jumlahnya memang masih sedikit sebab hanya menyasar 3.000 penerima yang baru merasakan manfaatnya. Masih banyak siswa yang belum mendapat langsung.
Untuk jenjang PAUD,TK,SD,SMP yang berada dibawah naungan Dinas Pendidikan Blora ada 120.454 siswa yang terdata. Jumlah itu belum termasuk sekolah dibawah Kementerian Agama.
Dari data yang ada (blorakab.go.id edisi 13 Januari 2025) sekolah penerima MBG berada di Perkotaan dalam hal ini Kecamatan Blora. Seperti PAUD, TK, SD, SMP dan SMKN semuanya berada di lingkungan perkotaan.
SMKN 2 Blora, SMPN 2 Blora, SDN Kedungjenar, SD Bangkle, SDN Karangjati 1, TK At Taqwa, TK Kartika, PAUD At Taqwa dan 2 Posyandu Mawar 1 dan 4 Kelurahan Tempelan.
Keterpilihan sekolah tersebut tentu sudah ada pertimbangan dari SPPG selaku pelaksana program MBG. Sehingga di Blora program MBG telah dilaksanakan meski hanya untuk beberapa sekolah yang ada di perkotaan.
Namun demikian, pemilihan sekolah tersebut layak untuk bisa ditinjau ulang dan bisa dialihkan kepada sekolah-sekolah yang berada di perdesaan.
Kenapa demikian! hal ini merujuk pada tujuan dari MBG untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sehat. Berdasarkan hal itu, tentu siswa sekolah yang ada di perdesaan lebih membutuhkan dan prioritas awal menerima program MBG.
Dari segi keterpenuhan gizi ataupun lainnya, siswa yang ada di desa bisa dikatakan jauh dari kata tercukupi. Sehingga jika pada tahap awal sekolah yang ada di perdesaan mendapatkan, valuenya akan lebih terasa dan dampak peningkatan asupan gizi pada para siswa akan meningkat.
Itulah yang muncul dan juga sering di sampaikan oleh para guru yang ada di sekolah perdesaaan. Salah satu tujuan MBG adalah untuk peningkatan gizi anak-anak sekolah, balita dan ibu hamil.
Jika melihat hal itu, setidaknya siswa yang ada di sekolah perkotaan dari segi gizi mereka sudah lebih baik dari siswa yang ada di desa.
Memang MBG ini nantinya akan di terima oleh semua siswa sekolah, secara bertahap. Namun dengan memperhatikan ketepenuhan gizi inilah pada tahap awal ini, sekolah-sekolah yang ada di perdesaan lebih layak mendapatkan program ini ditahap awal.
Pertama, alangkah ideal jika ada alokasi tambahan penerima lebih baik di alokasikan kepada sekolah yang ada di wilayah perdesaan. Tentu siswa disana akan merasa senang, termasuk orang tua dan Masyarakat.
Kedua, jika belum ada tambahan alokasi, bisa dialihkan kepada sekolah lainnya yang lebih prioritas menerima program MBG ini. Jika hal ini bisa tentu akan sangat mengembirakan. Anda boleh tidak setuju!
***
*) Oleh : Sugie Rusyono, S.I.P., Anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Blora 2025-2029 dan Ketua LHKP Muhammadiyah Kabupaten Blora.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |