TIMES JATENG, MALANG – Massa terus berdatangan ke Stadion Kanjuruhan pasca tragedi 1 Oktober 2022 malam. Papan ucapan duka cita hingga taburan bunga mengisi ruang-ruang kosong area stadion. Dan Patung Singa Tegar Jawara menjadi salah satu titik 'kumpul' para pendoa lintas agama.
Seperti yang terjadi Jumat (7/10/2022) siang. Tepat tujuh hari pasca Tragedi Kanjuruhan, ratusan orang datang untuk memanjatkan doa bagi para korban tragedi kemanusiaan. Sebagian di antaranya adalah para rohaniwan lintas agama.
Tepat di bawah patung Singa Tegar Jawara yang berada di sisi barat Stadion Kanjuruhan, mereka yang mewakili enam agama secara bergantian berdoa. Sementara ratusan warga yang kebetulan berada di lokasi, turut bersama berdoa. Sesuai keyakinannya.
"Ini bentuk empati kita pada peristiwa yang terjadi pada 1 Oktober. Kita berdoa dari semua agama. Kita kirimkan kepada para arwah saudara-saudara kita Aremania yang menjadi korban," kata Kasubag TU Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang, Sonhaji.
Patung Singa Tegar Jawara yang diresmikan dua bulan lalu menjadi saksi bisu atas tragedi Kanjuruhan. Ribuan orang yang datang menghentikan langkah mereka di bawah Singa Tegar. Menundukkan kepala sambil menengadahkan tangan untuk mengucap beberapa kalimat doa.
Singa Tegar Jawara seakan menjadi monumen penghormatan bagi ratusan nyawa yang meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan. Air mata menetes di bawah patung singa. Menguap di atas taburan bunga, dan mengiringi doa bagi para korban.
Tentang Patung Singa Tegar Jawara
Patung Singa Tegar Jawara diresmikan 11 Agustus 2022 lalu, bertepatan dengan HUT ke-35 tahun Singo Edan. Dibangun dengan biaya sekitar Rp500 juta, patung Singa Tegar merupakan wujud CSR salah satu perusahaan rokok di Malang.
Patung Singa itu dengan mudah ditemui saat masuk kawasan Stadion Kanjuruhan. Patung setinggi 7 meter berdiri kokoh di sisi barat dengan wajah singa menghadap ke utara.
Singa sebagai ikon kebanggaan Arema, menjadi inspirasi bagi Timbul Raharjo, seniman asal Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjadikannya sebuah karya patung.
Aremania berdoa di bawah Patung Singa Tegar Jawara di Stadion Kanjuruhan Malang. (Foto: Tria Adha/TIMES Indonesia)
Timbul Raharjo sebagai sosok di balik karya Singa Tegar Jawara memakai pendekatan seni kubisme dalam mewujudkan patung tersebut. Timbul menggunakan aluminium sebagai bahan pembuatan patung yang disebutnya singa Kanjuruhan.
Timbul menuturkan, patung singa Kanjuruhan itu terbuat dari aluminium pada bagian kepalanya, dan landasannya berbahan semen. Patung dibuat dengan teknik cor logam aluminium.
Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu mengaku hampir tidak ada persoalan berarti dalam proses pembuatan patung Singa Tegar Jawara.
"Hampir tidak ada persoalan yang berarti dari maket model yang kita bikin sampai pengecoran dan pemasangan tidak ada kendala," ujar Dekan Fakultas Seni Rupa ISI itu kepada TIMES Indonesia, Senin (10/10/2022).
Timbul menyebut bobot patung Singa Tegar Jawara kurang lebih 400 kilogram. aluminium dan busnya kira-kira 400 kg juga jadi total dari bus dasar itu sebanyak kurang lebih 800 kilogram.
Timbul menggarap patung singa itu di Yogyakarta. Patung kepala singa dan mahkotanya berbobot 400 kilogram itu diselesaikannya dalam waktu kurang lebih 2,5 bulan.
Asal Nama Tegar Jawara
Nama patung singa Tegar Jawara lahir dari pemikiran Aremania sendiri. Merekalah yang merumuskan nama patung singa di Stadion Kanjuruhan itu. Patung Singa Tegar menjadi ikon kebanggaan Aremania.
Singa Tegar membawa makna jiwa ksatria, loyalitas tanpa batas, dan cinta damai. Tiga hal itu yang selalu didengungkan pada jutaan Arek Malang, dan pendukung setia Arema.
Patung singa bermahkota itu diharapkan menjadi motivasi bagi klub kebanggaan Arema, juga para pendukungnya, Aremania. Tentu diiringi doa yang terbaik.
Tegar dan Anthem Arema
Tegar bukan nama baru bagi Arema. Menengok ke belakang menuju tahun 1990, sebuah grup band rock Arema Voice, pernah menelurkan lagu bertitel Tegar. Mengutip deskripsi dari kanal Youtube Lucky Adam, lagu Tegar dirilis pada 1989 sebagai persembahan untuk Arema, klub bola yang berdiri di Malang pada 1987 silam.
Tembang beraliran slow rock itu dinyanyikan pula oleh Yuni Shara, penyanyi asal Kota Batu, dan Sadana Devi. Tentu ada Wahyu GV sebagai vokalis Arema Voice dalam lagu Tegar.
Nama Tegar telah lama ada dan hadir dalam jiwa Arema. Lagu Tegar karya Rudy Satrio Lelono senantiasa mengiringi setiap laga Arema ketika bertanding di kandang sendiri. Tegar menjadi 'lagu kebangsaan' atau anthem menjelang klub kebanggaan Arema bertanding.
Tegar lebih dari sekadar nama lagu dan patung singa di Stadion Kanjuruhan. Ia menjadi bagian dari semangat, dan komitmen Arek Malang akan jiwa ksatria, loyalitas tanpa batas, dan cinta damai. Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 menjadi momentum perubahan ke arah lebih baik, tanpa melupakan sejarah kelam sebagai pengingat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Patung Singa Tegar Jawara, Monumen Penghormatan Korban Tragedi Kanjuruhan
Pewarta | : |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |