TIMES JATENG, BIMA – Dewan Pengurus Cabang Himpunan Alumni IPB (DPC HA IPB) Bima Dompu bekerja sama dengan Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB (ARM HA-IPB) dan Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) Maria Donggo resmi meluncurkan program pemulihan lahan kawasan tangkapan air (water catchment area) di So Santangi, Bima, Nusa Tenggara Barat, pada Sabtu (6/12/2025).
Program konservasi ini diharapkan menjadi langkah konkret menjaga ketahanan air dan mencegah bencana ekologis di wilayah Bima dan sekitarnya.
Peluncuran program dilaksanakan di wilayah perbatasan Kota dan Kabupaten Bima, tepatnya di Desa Ntori, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima, dan Kelurahan Dodu, Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima.
Kegiatan ini dihadiri sekitar 270 peserta dari berbagai elemen masyarakat, termasuk perwakilan pemerintah, kelompok tani hutan (KTH), pemuda, serta para alumni IPB.
10 Hektare Demplot Konservasi dan Penanaman 1000 Bibit Kemiri
Program pemulihan lingkungan tersebut ditandai dengan peresmian lahan percontohan (demonstration plot/demplot) seluas 10 hektare yang akan menjadi pusat edukasi dan praktik konservasi masyarakat. Pada tahap awal, dilakukan penanaman 1.000 bibit kemiri sebagai tanaman utama serta tanaman pagar berupa kayu putih.
Ketua DPC HA-IPB Bima Dompu, Maulana Ishak, S.Pi., menegaskan bahwa peluncuran program ini merupakan langkah penting untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan So Santangi, yang selama ini menjadi area strategis bagi ketersediaan air bagi masyarakat.
“Peluncuran ini merupakan program DPC HA IPB Bima Dompu untuk memulihkan lahan di kawasan So Santangi agar perannya sebagai daerah tangkapan air dapat berfungsi kembali dengan baik, terlebih tokoh pemuda pemerhati lingkungan setempat adalah Alumni IPB, Ardy Sutrisbi,” jelas Ishak.
Ia menambahkan bahwa area tangkapan air yang sehat tidak hanya menjaga keberlanjutan sumber air, tetapi juga menjadi benteng alami dalam mitigasi bencana.
“Area tangkapan air yang baik akan mampu menyediakan, menyimpan, dan mengatur pasokan air bersih untuk kebutuhan manusia, pertanian, dan industri. Secara bersamaan, keberadaannya mencegah bencana alam seperti banjir dan erosi, serta menjaga kualitas air dengan menyaring polutan secara alami,” paparnya.
Fokus Mitigasi Bencana dan Pendidikan Konservasi
Selain sebagai upaya pemulihan lingkungan, program ini juga dirancang untuk menjadi sarana pendidikan konservasi bagi masyarakat. DPC HA IPB, ARM HA-IPB, dan BKPH Maria Donggo akan melakukan pembinaan terhadap Kelompok Tani Hutan (KTH) dan pemuda di sekitar demplot.
Sebagai wujud komitmen, KTH menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk menjaga dan merawat tanaman yang ditanam selama pelaksanaan program berlangsung.
Ketua Umum ARM HA-IPB, Ir. Ahmad Husein, M.Si., memberi dukungan penuh atas inisiatif ini. Menurutnya, peran ARM bukan hanya dalam penanganan bencana, tetapi juga pada upaya pencegahan sejak dini.
“ARM HA-IPB memandang bahwa fokus harus juga diarahkan dalam hal mitigasi dan kesiapsiagaan bencana banjir dan longsor melalui pemulihan lahan daerah tangkapan air seperti di kawasan So Santangi Desa Ntori ini,” tegas Husein.
Ketua Bidang Pemberdayaan Masyarakat ARM HA-IPB, Dr. Ir. Wien Kuntari, M.Si., menambahkan bahwa pihaknya siap berkolaborasi dalam pendampingan dan penyuluhan masyarakat. Ke depan, kerja sama ini akan menjadi bagian dari agenda strategis ARM.
“ARM HA-IPB akan bahu-membahu bersama DPC HA IPB Bima dalam implementasi program tersebut. Kami dapat berperan melalui fasilitasi penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat di lokasi demplot, serta membantu memperluas jejaring mitra yang tertarik mendukung program ini. Kerja sama ini akan kami masukkan pula ke dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) ARM HA-IPB untuk 2026 mendatang,” ujar Wien.
Langkah Kongkrit Cegah Tragedi Ekologi
Kepala BKPH Maria Donggo Masa, Ahyar, S.Hut., M.Ling., menyambut baik dan mengapresiasi kolaborasi berbagai pihak dalam program pemulihan lahan ini.
Menurutnya, program tersebut merupakan hasil kesepakatan dalam sejumlah pertemuan sebelumnya yang fokus pada pembangunan kesadaran lingkungan.
“Kegiatan ini merupakan realisasi hasil diskusi parapihak dalam beberapa pertemuan terakhir. Dalam diskusi itu, semua sepakat berkolaborasi dalam pemulihan lingkungan dengan konsep water catchment,” jelas Ahyar.
Ia menegaskan bahwa langkah ini penting sebagai upaya pencegahan dini agar wilayah Bima tidak mengalami bencana besar seperti yang pernah terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.
“Kita tentu tidak ingin kejadian Sumatera dan Aceh terjadi di Bima. Oleh karena itu, hari ini kita mulai mewujudkan apa yang menjadi harapan tersebut,” katanya.(*)
| Pewarta | : Anugrah Dany Septono |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |