TIMES JATENG, WONOSOBO – Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah berhasil menunjukkan langkah nyata dalam pengelolaan sampah terpadu dan berkelanjutan.
Melalui Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R), warga desa tidak hanya memilah dan mengolah sampah organik, tetapi juga mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM) menggunakan mesin pirolisis.
Kepala Desa Talunombo, Badaruddin, menjelaskan bahwa program ini digagas sebagai respons terhadap meningkatnya volume sampah hingga memenuhi sungai, khususnya plastik yang sulit terurai.
"Sampah yang menumpuk hingga memenuhi sungai bahkan meluap ke lahan pertanian warga itu jadi polemik, apalagi seperti plastik yang susah terurai. Kami kemudian berdiskusi untuk mencari solusi," katanya, Kamis, (1/5/2025).
Pengelolaan sampah di Talunombo sendiri sudah dimulai sejak 2017, namun belum bisa maksimal sebelum dibangunnya fasilitas TPS3R pada tahun 2022. TPS3R Desa Talunombo yang diberi nama KSM Lestari tersebut menjadi pusat pengelolaan sampah desa, di mana warga diajak memilah sampah sejak dari rumah, kemudian dibawa ke TPS3R untuk diproses lebih lanjut.
"Kami sudah mulai sejak 2017, namun pengelolaan secara maksimal memang baru bisa terealisasi pada 2022 saat TPS3R dibangun," lanjut Badaruddin.
Kunjungan Tim Asistensi Bupati ke lokasi TPS3R di Desa Talunombo pada Kamis, (1/5/2025). (FOTO: Mutakim/TIMES Indonesia).
Sebagai wujud komitmennya dalam pengelolaan sampah, pada tahun 2023 TPS3R Desa Talunombo berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Jawa Tengah untuk mengadakan mesin pirolisis. Mesin ini bekerja dengan cara memanaskan plastik dalam suhu tinggi tanpa oksigen, sehingga menghasilkan cairan yang kemudian didinginkan dan dikumpulkan sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Mesin pirolisis mampu mengubah sampah plastik menjadi BBM. Dari 50 kg plastik bisa menghasilkan solar sebanyak 40-45 liter. Prosesnya selama 12 jam, dan BBM ini juga sudah uji lemigas, sampah diolah menjadi briket. Kalau untuk sampah organik sendiri dipisah untuk dijadikan media tanam di lahan pertanian," pungkas pria berusia 37 tahun tersebut.
Langkah ini menjadikan Desa Talunombo sebagai contoh pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat yang inovatif dan berkelanjutan. Ke depan, desa ini berencana menambah kapasitas produksi dan memperluas edukasi kepada masyarakat seputar pentingnya pemilahan sampah sejak dari sumbernya. (*)
Pewarta | : Mutakim |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |