TIMES JATENG, WONOSOBO – Dua pekan terakhir, publik dihebohkan dengan keberadaan Tugu Biawak di Wonosobo, tepatnya di jalan nasional Secang-Ajibarang, Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. Setiap hari ribuan pengunjung datang silih berganti hanya ingin melihat dan berswafoto di sana. Tugu Biawak telah menjadi salah satu spot foto paling favorit di Wonosobo saat ini.
Menurut Budiarto, Ketua Karang Taruna Desa Krasak, tak kurang dari 2.000 pengunjung datang setiap hari, bahkan beberapa ada yang dari luar daerah.
"Banyak pula yang dari luar daerah, bahkan ada yang dari luar Jawa, kayak Kalimantan dan Sulawesi," jelasnya, Kamis (1/5/2025).
Viralnya Biawak ini juga mendapat apresiasi luas dari berbagai pihak. Salah satunya dari Kementerian Hukum melalui Kepala Kanwil Jawa Tengah, yang secara khusus memberikan penghargaan berupa Sertifikat Hak Cipta.
Sertifikat itu diberikan langsung oleh Kepala Kanwil Heni Susilo Wardoyo kepada Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat sebagai pemegang hak cipta dan Arianto Rejo sebagai pencipta. Penghargaan diberikan di pendopo Kabupaten Wonosobo pada Sabtu, 26 April 2025, berbarengan dengan Peringatan Hari Kekayaan Intelektual Sedunia.
Heni Susilo menjelaskan bahwa Kementerian Hukum tergerak untuk mencatatkan karya tersebut, yaitu Tugu Monumental Krasak Menyawak, yang dinilai sangat luar biasa.
"Melalui karya ini akan memacu dan memicu karya-karya yang lain, tentu ini akan meningkatkan dan memperkenalkan daerah Wonosobo khususnya yang selama ini sudah terkenal menjadi lebih hebat lagi," katanya, Sabtu, (26/4/2025).
Tugu Monumental Krasak Menyawak adalah nama 'resmi' yang diberikan. Meskipun kemudian lebih populer dengan Tugu Biawak. Menyawak merupakan bahasa Jawa dari Biawak. Menurut Gunawan Wibisono, Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto yang juga inisiator pembangunan tugu tersebut, menyawak merupakan habitat endemik di Desa Krasak, terutama di sungai Serayu yang melintasi desa tersebut.
"Tugu Monumental Krasak Menyawak diharapkan dapat menjadi simbol pelestarian ekosistem lokal dan identitas budaya masyarakat setempat," tegas pemuda yang hobi berpetualang itu, (1/5/2025).
Potensi Wisata Alam di Sekitar Tugu Biawak
Sungai Serayu di pinggiran Batu Tedeng menjanjikan prospek wisata yang berkelanjutan pada Kamis, (1/5/2025). (FOTO: Mutakim/TIMES Indonesia)
Bagi Bupati Afif, keberadaan dan popularitas Tugu Biawak diharapkan membawa dampak bagi kemajuan pariwisata di kabupaten Wonosobo, sesuai visi misinya yang berkomitmen akan memajukan kepariwisataan.
"Terus terang, kami sedang berupaya keras menjadikan Wonosobo sebagai kota destinasi wisata. Kehadiran Tugu Menyawak ini tentu menjadi energi bagi kami untuk semakin kenceng memajukan pariwisata di Wonosobo," jelas Bupati dua periode tersebut, Rabu, (30/4/2025).
Tak jauh dari Tugu Biawak ini juga ada potensi wisata yang masih tersembunyi, yaitu Batu Tedeng, berada di Karang Gantung, Kelurahan Selomerto, berjarak tak sampai 1 km dari Tugu Biawak menyusuri sungai Serayu ke arah timur.
Batu Tedeng adalah batu besar, panjang sekitar 250 meter, dengan tinggi antara 20-30 meter. Tedeng merupakan tebeng dalam bahasa Jawa yang berarti pembatas, pelindung atau penutup. Keberadaannya di pinggiran sungai Serayu akan menjadi daya tarik tersendiri.
Mantan Lurah Selomerto Eddy Sugiarto menjelaskan bahwa pada awal 2000-an Desa Karang Gantung sudah dibersihkan untuk membuka wisata alam Batu Tedeng. Bahkan pernah ada calon investor yang tertarik untuk mengembangkannya, namun proyek tersebut tidak berlanjut dan kini justru terbengkalai.
"Dulu pernah dibersihkan, tapi sangat disayangkan tidak berlanjut, dan sekarang kondisinya terbengkalai, semoga melalui momen viralnya ini, bisa dikembangkan lagi," katanya, Rabu, (30/4/2025).
Tokoh masyarakat Wonosobo Idham Cholid yang juga mantan Ketua DPRD setempat membenarkan hal itu. Katanya, antara 2002-2003 memang pernah ada kebijakan tersebut. Dia berharap, pemerintah saat ini akan dapat merealisasikannya. Dia yakin, di bawah kepemimpinan Bupati Afif, wisata Alam Batu Tedeng dapat direvitalisasi.
"Wonosobo tengah gencar membangun dan mengembangkan pariwisata, tentu sangat berkepentingan untuk merevitalisasi potensi wisata alam yang masih tersembunyi. Batu Tedeng adalah salah satunya. Di sana nanti antara lain dapat juga dikembangkan olah raga panjat tebing," tegasnya, Kamis, (1/5/2025).
Pria yang juga Ketua Tim Asistensi Bupati itu akan mengawal program dan kebijakan terutama yang berkaitan dengan pengembangan kepariwisataan. Dia berjanji akan segera berkoordinasi dengan dinas dan instansi terkait. Apalagi jika sudah ada permintaan langsung dari masyarakat.
"Kami sudah bertemu dengan perwakilan tokoh pemuda dan masyarakat Selomerto, juga pemerintahan setempat, kami juga telah melihat langsung kondisi Karang Gantung lokasi Batu Tedeng itu, Insya Allah akan segera kita rapatkan," pungkasnya.
Dengan viralnya Tugu Biawak dan rencana pengembangan potensi di sekitar area tersebut, diharapkan selain dapat memajukan pariwisata Wonosobo, juga dapat mendongkrak ekonomi lokal yang berpengaruh secara langsung kepada warga setempat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tugu Biawak Viral, Bupati Afif Kian Kencang Majukan Pariwisata Wonosobo
Pewarta | : Mutakim |
Editor | : Deasy Mayasari |