https://jateng.times.co.id/
Sosok

Dari Pemulung Jadi Seniman: Wiwit, Perajin Barongan Blora yang Bangkitkan Budaya

Jumat, 05 September 2025 - 18:53
Dari Pemulung Jadi Seniman: Wiwit, Perajin Barongan Blora yang Bangkitkan Budaya Wito Purwanto atau yang kerap di sapa Wiwit, Perajin sekaligus seniman Barongan Blora. (FOTO: Rengga/TIMES Indonesia)

TIMES JATENG, BLORA – Kisah inspiratif datang dari Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Seorang perajin sekaligus seniman barongan bernama Wito Purwanto atau yang kerap disapa Wiwit berhasil membuktikan bahwa kerja keras dan tekad kuat mampu mengubah kehidupan.

Di tengah derasnya arus modernisasi, kesenian tradisional di Kabupaten Blora masih terus dilestarikan oleh para perajin lokal di Blora, Jawa Tengah.

Barongan, kesenian rakyat yang identik dengan tarian dan topeng kepala singa berwajah menyeramkan, telah menjadi simbol budaya Blora. Dengan keterampilan tangan dan kecintaannya terhadap tradisi, ia mampu menciptakan barongan yang tidak hanya berfungsi sebagai properti seni, tetapi juga karya seni bernilai tinggi.

Wiwit memulai usahanya sebagai pengrajin barongan pada tahun 2012. Dengan keterampilan yang dipelajarinya secara otodidak, ia membuat barongan dengan penuh ketelitian mulai dari merangkai kerangka, mengukir, hingga melukis dengan corak khas Blora.

Perajin-Barongan-Blora-2.jpg

Karya-karyanya pun mulai dikenal dan digunakan dalam berbagai pertunjukan seni rakyat. Empat tahun kemudian, pada 2016, Wiwit mendirikan sebuah grup kesenian barongan.

"Kerajinan ini saya tekuni dari tahun 2012. kemudian empat tahun berlanjut, saya dirikan grub kesenian barongan tahun 2016, namanya Arengga Jaya," jelasnya, (5/9/2025).

Melalui grup ini, ia tidak hanya menampilkan hasil karyanya, tetapi juga menghidupkan kembali semangat masyarakat dalam melestarikan seni tradisi barongan. Pertunjukan mereka menjadi hiburan sekaligus sarana edukasi budaya bagi generasi muda.

Yang membuat kisah Wiwit semakin menginspirasi adalah latar belakang hidupnya. Sebelum menjadi perajin dan seniman, Wiwit pernah bekerja sebagai seorang pemulung.

"Saya sebelum menekuni ini, dulu jadi pemulung. Benar-benar memulung sampah dari tempat ke tempat," ucap wiwit dengan nada haru.

Dari kehidupan yang penuh keterbatasan itu, ia perlahan bangkit dengan memanfaatkan keterampilan dan kecintaan terhadap kesenian.

Ia juga mengungkapkan, omset kerajinan yang ditekuni mengalami naik dan turun sesuai dengan musim yang ada.

"Omset turun biasanya dalam satu tahun ada tiga bulan. Bulan desember, januari, dan februari itu turun. Patokannya jika musim petani tanam, omset turun drastis. Kan itu musim hujan juga," katanya.

Perajin sekaligus seniman itu juga mengatakan, kendala yang dialaminya yaitu adalah bahan baku berupa kayu yang cukup mahal dan sulit untuk di milikinya.

Perajin-Barongan-Blora-3.jpg

"Kendalanya adalah bahan baku agak mahal dan juga sulit. Kadang mendatangkan dari pati, kadang juga motong sendiri," ucapnya.

Dengan rata-rata jumlah dalam perbulan 400 biji, wiwit memiliki lima tenaga yang membantunya membuat barongan.

"Sekarang perbulan rata-rata 400 biji. Di bantu lima orang tenaga kerja karena kita juga di target sama pembelinya," ucapnya.

Dengan produksi yang cukup banyak, wiwit bisa mengirim barang hingga ke luar jawa yaitu kalimantan. Wiwit memiliki harapan yang tertuju pada pemerintah daerah. Ia berharap supaya pelaku seni memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup terutama pengrajin.

"Harapan kita pasti tertuju ke pemerintah ya, solusi bagaimana caranya supaya pelaku seni memiliki ekonomi yang cukup sejahtera terutama para perajin. Karena kan perajin termasuk pelestari, otomatis secara tidak langsung kan melestarikan. Perlu di beri perhatian khusus," tegasnya.

Ia juga berpesan untuk para seniman terutama barongan Blora, agar bisa mengemas kesenian barongan menjadi lebih modern supaya bisa menarik minat anak muda kembali.

"Ya pelaku seni seperti kita ini bagaimana caranya mengemas barongan bisa menarik untuk anak-anak muda. Mungkin bisa di kreasikan dengan alat musik modern. Kalau saya pakai organ dan memasukkan lagu-lagu jawa yang kekinian untuk selingan supaya nggak monoton gamelan saja," tutupnya. (*)

Pewarta : Ahmad Rengga Wahana Putra
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jateng just now

Welcome to TIMES Jateng

TIMES Jateng is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.