https://jateng.times.co.id/
Berita

Kopi Arabika di Wanayasa Banjarnegara Semakin Langka

Senin, 15 Desember 2025 - 16:04
Kopi Arabika di Wanayasa Banjarnegara Semakin Langka, Ini Penyebabnya Aan, salah satu pengelola kedai kopi 'Wana Kopi' di Wanayasa, Banjarnegara. (FOTO: Muchlas Hamidi/TIMES Indonesia)

TIMES JATENG, BANJARNEGARA – Lima tahun yang lalu, daerah pegunungan Banjarnegara Utara tepatnya di Desa Wanayasa dikenal sebagai penghasil kopi jenis Arabika. Namun belakangan ini, kopi Arabika semakin langka, kenapa?.

‎Dari sejumlah sumber di daerah Wanayasa menyebutkan, bahwa ada dua faktor penyebab semakin menurunnya hasil produksi kopi di daerah ini. 

‎Yang pertama harga cenderung merosot sehingga warga memilih mengganti tanaman kopi dengan komoditas lain seperti sayur mayur atau tanaman jangka pendek lainnya.

‎Kedua, buah atau hasil tanaman kopi setelah tiga tahun, tidak produktif lagi, buahnya semakin menyusut baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. 

‎Melihat kenyataan ini para petani cenderung malas merawat pohon kopi tersebut dan membiarkan begitu saja.

Pengusaha Kopi Kesulitan Penuhi Permintaan 

‎Akibat keadaan ini, para pengusaha kopi lokal di Wanayasa Kabupaten Banjarnegara menjadi 'kelimpungan' saat mendapat pesanan dari konsumen.

‎Pemilik kedai Wana Kopi, Aan misalkan, harus berburu biji kopi Arabika ke daerah Wonosobo dan Temanggung untuk memenuhi pesanan koleganya.

Wana-Kopi-2.jpgKepala Desa Wanayasa, Warsana. (Foto: Muchlas/TIMES Indonesia)

‎Para pengusaha juga mengakui, bahwa masa buah tanaman Kopi Arabika memang sangat pendek, sekitar 3 tahun. "Jadi setelah tiga tahun sebaiknya dilakukan peremajaan atau diganti bibit baru," ujar Aan, Senin (15/12/2025)

‎Banjarnegara kata Aan merupakan sentra buah kopi, baik untuk jenis Arabika maupun Robusta. Namun daerah yang dapat melakukan swasembada kopi, karena rutin merawat dan melakukan peremajaan untuk pohon kopi yang sudah berusia lima tahun.

‎Warsana, Kepala Desa (Kades) Wanayasa menambahkan bahwa luasan tanaman kopi di daerahnya semakin kecil lantaran banyak yang dibabat dan diganti dengan dengan tanaman sayuran. 

‎Warsana menggambarkan tiga tahun lalu tanaman jenis kopi Arabika di desanya mencapai puluhan hektar, namun saat ini hanya tersisa sekitar 3 hektar. 

‎Ia sendiri dulu memiliki 750 batang/pohon kopi satu petak (mengelompok), panen pertama hasilnya bagus mencapai 8 kuintal/panen selama 3 tahun. 

‎"Setelah 3 tahun, hasilnya turun drastis. Mungkin karena pohonnya sudah mulai tua. Memang sesuai arahan 5 tahun harus diremajakan lagi," ungkapnya.

‎Sementara untuk jenis Robusta bisa lebih lama hingga puluhan tahun, hanya saja hasilnya tidak sebanyak Arabika. 

Warga Beralih Tanam Jeruk Lemon 

‎Dulu lanjut dia banyak warga membabat pohon kopi karena harganya tidak baik baik saja, terus merosot, tidak seimbang antara biaya perawatan/petik dengan hasil penjualan.

‎Mereka kemudian beralih tanam jeruk lemon yang konon harganya mencapai Rp20.000/kg.

"Lagi - lagi petani harus menangis, saat sudah musim panen, harganya hanya Rp5000/kg. Bahkan saat panenan melimpah, jeruk malah tidak laku. Petani kembali membabat pohon jeruk dan kembali ke sayuran," kenangnya.

‎"Sekarang harga ceri kopi (coffee Cherry) lagi tinggi sekitar Rp15.000/kg dan harga berasnya (biji kopi kering) Rp120.000/kg. Tapi kopina tidak banyak. Nah, dulu saat saya panen raya, diinfokan harga Rp10.000/kg, tapi setelah dipetik ternyata hanya dibeli Rp5.000/kg, sementara ongkos petik Rp2000/kg, Ya kita merugi," ungkap Warsana lagi.

‎Waktu itu naik turun sehingga banyak petani yang membabat pohon kopinya kembali ke tanaman awal. Sementara berdasarkan data BPS Banjarnegara tahun 2022 menyebutkan, luas tanaman kopi di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2021 mencapai 3.103, 83 Ha tersebar di 7 Kecamatan dataran tinggi yakni Kalibening, Pandanarum, Pejawaran, Karangkobar, Pagentan, Batur dan Wanayasa.

‎Sementara potensi pengembangan lahan non sawah mencapai 72.140 hektar, menjadi potensi pengembangan atau perluasan tanaman kopi di Kabupaten Banjarnegara. Jadi ironis sekali, petani selalu menjadi objek ketidakpastian regulasi yang terus dieksploitasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. (*)

Pewarta : Muchlas Hamidi
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jateng just now

Welcome to TIMES Jateng

TIMES Jateng is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.