TIMES JATENG, BANYUMAS – Hujan deras sejak pukul 15:00 WIB, pada Minggu (3/8/2025) menyebabkan serangkaian bencana hidrometeorologi di sejumlah desa wilayah Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Data sementara yang dihimpun dari Pusdalops BPBD Banyumas hingga Minggu pukul 20.30 WIB mencatat setidaknya 13 titik longsor dan banjir tersebar di beberapa desa terdampak.
Kondisi ini dilaporkan secara real time melalui sistem pemantauan Aplikasi RONWASNA, dan langsung ditindaklanjuti oleh tim gabungan BPBD serta relawan setempat.
Salah satu titik logsor tercatat terjadi di Desa Kutasari RT 02 RW 01 Kecamatan Baturraden, yang sudah dilakukan penanganan darurat dan kaji cepat oleh tim BPBD bersama relawan.
Sementara itu, wilayah Kecamatan Kedungbanteng menjadi titik konsentrasi bencana dengan total 12 laporan longsor yang tersebar di desa-desa seperti Melung, Kalisalak, Kutaliman, dan Windujaya.
Berikut sejumlah lokasi bencana yang ditangani BPBD bersama tim gabungan:
Desa Melung
- Longsor di dekat Balai Desa Melung
- Longsor dekat PLTA Ketenger
- Longsor di RT 02 RW 04 (rumah tertimpa pohon)
- Longsor di RT 04 RW 01
Desa Kalisalak
- Longsor di RT 02 RW 02
- Longsor di RT 03 RW 01 (menutup jalan desa)
- Longsor di RT 04 RW 01 (pondasi rumah longsor ke jalan kabupaten)
- Longsor di RT 06 RW 01
Desa Kutaliman
- Longsor di RT 02 RW 06
- Longsor di RT 04 RW 07 (tembok rumah dan motor terbawa longsor)
Desa Windujaya
- Longsor di RT 01 RW 01 (menabrak rumah hingga dinding jebol)
- Longsor menutup jalan desa (sudah ditangani oleh warga)
Menurut laporan BPBD Banyumas kepada TIMES Indonesia, seluruh titik kejadian tersebut saat ini masih dalam proses pengumpulan informasi dan koordinasi oleh tim lapangan.
Sementara pegiat lingkungan Eddy Wahono yang dihubungi melalui pesan suara menyoroti faktor penyebab longsor di kawasan lereng Gunung Slamet.
Ia menyebutkan bahwa alih fungsi lahan dan penggundulan hutan secara masif menjadi pemicu utama rentannya tanah mengalami longsor saat musim hujan.
"Rekahan tanah akibat panas kemarau tanpa akar pohon membuat tanah rapuh. Saat hujan turun deras, air mengisi rekahan dan memicu longsoran," jelasnya.
Eddy mengingatkan agar kebijakan pemanfaatan lahan di wilayah rawan bencana dikaji ulang dengan pendekatan konservasi.
Kepala Pusdalops-PB BPBD Banyumas menyatakan bahwa pihaknya terus melakukan pemantauan intensif menggunakan Aplikasi RONWASNA sebagai sistem deteksi dini dan pelaporan bencana.
"Kami memantau cuaca dan laporan masyarakat secara terus-menerus. Langkah koordinasi dan penanganan darurat juga dilakukan bersama relawan di lapangan,” ujarnya.
Warga diimbau untuk tetap waspada, terutama yang tinggal di wilayah perbukitan atau dekat aliran sungai. Potensi hujan lebat masih mungkin terjadi dalam beberapa hari ke depan.
BPBD juga mengajak kolaborasi dari pemerintah desa, relawan, dan komunitas lokal untuk bersama-sama melakukan langkah mitigasi, terutama melalui edukasi kesiapsiagaan bencana dan penghijauan wilayah lereng.(*)
Pewarta | : Sutrisno |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |