https://jateng.times.co.id/
Berita

Penderes Kian Minim, Begini Nasib Usaha Pembuatan Gula Jawa di Ngadiharjo, Borobudur 

Rabu, 02 Oktober 2024 - 21:14
Penderes Kian Minim, Begini Nasib Usaha Pembuatan Gula Jawa di Ngadiharjo, Borobudur  Di Desa Ngadiharjo, dapat dijumpai warga yang memiliki usaha pembuatan gula Jawa. Namun saat ini menghadapi kendala minimnya penderes. (FOTO: Kukuh for TIMES Indonesia)

TIMES JATENG, MAGELANG – Di wilayah Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, banyak dijumpai usaha rumahan pembuatan gula Jawa atau gula kelapa. 

Misalnya di Desa Kembanglimus, Desa Karangrejo, Desa Ngadiharjo dan Desa Borobudur. Salah satu lokasi yang cukup  dikenal usaha pembuatan gula Jawanya adalah di Dusun Tawangsari, Desa Ngadiharjo. 

pembuatan-gula-Jawa-2.jpg

Di dusun ini kini, setidaknya ada dua usaha rumahan pembuatan gula Jawa. Tapi jumlah itu sejatinya turun dratis dibandingkan dahulu kala. Salah satu kendala yang kini dihadapi adalah, semakin berkurangnya jumlah penderes. Penderes adalah,  orang yang bekerja memanjat pohon kelapa, menampung nira dan membawanya untuk selanjutnya diproses menjadi gula Jawa. 

Tak hanya tenaga nderes yang semakin sedikit, jumlah pohon kelapa yang kian sedikit juga menyumbang faktor kian menurunnya jumlah usaha rumahan pembuatan gula Jawa. 

Sekertaris Desa Ngadiharjo, Haidar Imama mengatakan, jumlah perajin gula Jawa yang berada di Desa Ngadiharjo hanya tersisa dua orang, yakni Jupriyanto dan Saryan. Banyak anak muda yang meninggalkan tradisi pembuatan gula Jawa karena memilih pekerjaan lain dan merantau. 

pembuatan-gula-Jawa-3.jpg

Saryan, seorang penderes nira di Dusun Tawangsari, Ngadiharjo, Borobudur mengatakan, dirinya telah bergelut dengan usaha pembuatan gula jawa selama 20 tahun, melanjutkan usaha  orang tuanya. 

"Sekarang penderesnya sedikit, pemuda tidak tertarik, juga pohon kelapa sudah banyak ditebang,” ujarnya. 

Hal ini membuat aktivitas nderes menjadi semakin minim. Untuk memaksimalkan hasil, pengambilan nira dilakukan dua kali sehari. Pagi hari, mereka memanjat pohon kelapa sebelum matahari terbit untuk mengumpulkan nira segar, kemudian kembali melakukannya sore hari. 

Proses tersebut dilakukan dengan hati-hati agar kualitas nira tetap terjaga. Nira yang diambil pada pagi hari memiliki rasa yang lebih manis, sedangkan yang diambil sore cenderung lebih kental. 

Hasil nira dari setiap pohon kelapa di Dusun Tawangsari, Ngadiharjo, Borobudur, biasanya berkisar antara 1-3 liter per hari, tergantung pada kondisi pohon dan cuaca. Pohon yang sehat dan dirawat dengan baik cenderung menghasilkan nira lebih banyak. 

Saryan dibantu istrinya, Imjanah, dalam sehari mampu menghasilkan 3 - 5 kilogram gula Jawa. Untuk setiap kilogramnya, mereka menjual dengan harga Rp22 ribu dan dipasarkan ke pelanggan tetap, yaitu pedagang kecil dan pelaku usaha kuliner sekitar rumahnya. 

Ditanya soal penghasilan atau omzet yang didapatkan, tidak menentu tergantung cuaca dan kualitas nira yang didapatkan. Pada saat musim kemarau, tiap hari Saryan dan Imjanah mendapatkan penghasikan sekitar Rp75 ribu. Tapi tetapi pada saat musim penghujan omzetnya turun drastis. 

Imjanah juga melayani pengepul dari daerah Borobudur dan sekitarnya. Untuk setiap 10 kilogam pesanan gula Jawa, dia bersama suaminya membutuhkan waktu kurang lebih tiga hari. Imjanah berharap ada dukungan pihak terkait untuk mengembangkan UMKM pembuatan gula Jawa di Dusun Tawangsari, Ngadiharjo, Borobudur, agar tradisi tersebut tidak punah. 

Produksi gula Jawa selain memiliki nilai ekonomi, tetapi juga memiliki nilai tradisi budaya yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. terutama di sekitar wilayah Borobudur, Magelang. (*)

Pewarta : Hermanto
Editor : Bambang H Irwanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jateng just now

Welcome to TIMES Jateng

TIMES Jateng is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.