TIMES JATENG, YOGYAKARTA – Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Pemerintah Kabupaten Sleman dan gerakan kemanusiaan Sambatan Jogja (Sonjo) membuka shelter baru untuk karantina pasien Covid-19.
Shelter yang bertempat di Rumah Susun Mahasiswa (rusunawa) UII Jl. Kaliurang Km. 14,5 ini diperuntukkan untuk pasien Covid-19 tanpa gejala atau OTG dan gejala ringan. Secara resmi keberadaan shelter dibuka pada Senin 14 Juni 2021 dan bisa dipergunakan mulai hari Selasa 15 Juni 2021.
Rektor UII, Prof Fathul Wahid., S.T., M.Sc., Ph.D mengatakan pembukaan shelter rusunawa UII ini merupakan kerja sama antara kampus UII, Pemkab Sleman, Dinkes Sleman, dan para donatur.
"Selain untuk membantu penanganan pandemi Covid-19, pembukaan shelter ini juga sebagai ikhtiar mitigasi resiko persiapan pembelajaran luring terbatas yang direncanakan mulai semester depan, kata Fathul melalui siaran pers kepada TIMES Indonesia, Selasa (15/6/2021).
Shelter Rusunawa UII ini terbuka untuk umum khususnya masyarakat Kabupaten Sleman dengan kapasitas maksimal 72 orang. Mekanisme untuk dapat tinggal di shelter ini nanti dapat melalui surat pengantar dari Puskesmas untuk selanjutnya akan dilakukan screening ulang setibanya di shelter.
Fathul berharap UII dapat terlibat sekaligus belajar mengenai pengelolaan shelter ini. Tentunya dikarenakan penambahan kasus positif pasien Covid-19 yang terus melonjak naik.
"Kami bersama pihak terkait berusaha sebaik mungkin menyiapkan shelter. Khususnya UII menyiapkan terkait sarana prasarana, dokter jaga, dan SDM seperti cleaning service, satpam yang mendapat training terlebih dahulu dari pihak Dinkes Sleman," jelasnya.
Tidak hanya mementingkan kenyamanan pasien, pihaknya juga memastikan kenyamanan masyarakat yang tinggal di sekitar kampus. “Ambulans nanti akan masuk melalui depan. Terkait penanganan limbah infeksius juga nanti sudah ada pihak khusus yang menangani," katanya.
Sementara Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UII, dr. Nur Aisyah Jamil, M.Sc. mengatakan pemantauan kesehatan pasien akan dilakukan secara berkala, untuk meminimalisir antara petugas kesehatan dan pasien akan dilakukan menggunakan telepon. Selama sepuluh hari akan dilakukan pemantauan harian berupa suhu, saturasi, dan tekanan darah, ujarnya
Jika diketahui terdapat pasien yang kondisinya memburuk akan langsung dirujuk ke fasilitas kesehatan, Nanti akan ada ambulans yang stand by 24 jam, imbuhnya.
Ia menjelaskan selama proses isolasi pasien tidak akan dipungut biaya. Kebutuhan pasien seperti makan 3x sehari, vitamin, dan obat-obatan akan disediakan. “Selain itu pasien nanti akan ditempatkan di kamar yang berbeda, beserta kamar mandi yang berbeda pula," tuturnya
Pasien akan dijaga ketat selama 24 jam oleh perawat, sedangkan dokter akan berjaga selama jam kerja pagi hingga sore.
“Selain itu juga tersedia dokter on call 24 jam yang akan datang sewaktu-waktu atau konsultasi," tambahnya
Lebih lanjut disampaikan dr. Nur, selama di shelter aktivitas pasien seperti berolahraga dan berjemur, dilakukan secara mandiri, tidak dilakukan secara bersama. Hal ini untuk memimalisir interaksi antar pasien.
Untuk kenyamanan pasien, shelter akan memberikan fasilitas internet dan juga cuci jemur pakaian.
"Kami menyediakan laundry hanya untuk seprei, dimana butuh penanganan khusus terkait limbah infeksius, yang akan ditangani bersama limbah infeksius lainnya," papar dr. Nur, Wakil Dekan FK UII soal shelter Covid-19. (*)
Pewarta | : A. Tulung |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |