https://jateng.times.co.id/
Berita

UII Syukuri Anugerah Gelar Pahlawan Nasional KH Ahmad Sanusi

Selasa, 08 November 2022 - 21:12
UII Syukuri Anugerah Gelar Pahlawan Nasional KH Ahmad Sanusi Pahlawan Nasional K.H. Ahmad Sanusi. (FOTO: Tirto.id)

TIMES JATENG, YOGYAKARTA – Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Pengurus Yayasan Badan Wakaf atau PYBW UII mensyukuri penganugerahan gelar pahlawan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada ulama sekaligus cendekiawan, KH Ahmad Sanusi.

Penganugerahan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96 TK Tahun 2022 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, yang ditetapkan di Jakarta 3 November 2022. Cucu KH Ahmad Sanusi, Dra. Hj. Neni Fauzia mewakili keluarga untuk menerima penganugerahan gelar secara langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Minggu (6/11/2022).

Kedekatan hubungan antara UII dan KH Ahmad Sanusi dapat ditelusuri dari sejarah pendirian kampus tertua nasional ini. Pada masa perjuangan kemerdekaan, ajengan kharismatik asal Sukabumi itu dikenal punya perhatian besar terhadap pendidikan anak bangsa. Perhatiannya terhadap pendidikan salah satunya nampak dalam kiprahnya sebagai pendiri Persatuan Ummat Islam (PUI) bersama KH Abdul Halim dan Mr. R. Syamsuddin pada tahun 1917.

Organisasi inilah yang menjadi salah satu penyokong penting pendirian Sekolah Tinggi Islam (STI) yang merupakan cikal bakal UII pada 8 Juli 1945 di Jakarta bersama tokoh Islam serta tokoh nasionalis bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sangat relevan jika UII akan selalu mengenang jasa dan sumbangsih serta merawat suri tauladan KH Ahmad Sanusi dalam pendidikan anak bangsa.

Rektor UII, Prof Fathul Wahid, ST MSc PhD menyampaikan “banyak keteladanan yang bisa kita tiru dari Ajengan Sanusi. Beliau adalah manusia yang pemikirannya melampaui zamannya. Memikirkan pendidikan anak bangsa di situasi ketika semuanya masih terbatas merupakan tindakan brilian yang sensitif dengan masa depan," kata Fathul kepada TIMES Indonesia, Senin (8/11/2022)

Rektor juga menambahkan kepiawaian K.H. Ahmad Sanusi dalam merangkul elemen lain guna mewujudkan cita-cita bersama, "Beliau mempunyai mimpi besar menyatukan banyak elemen bangsa. Perbedaan dikesampingkan, dan persamaanlah yang dikedepankan". Rektor UII ingin kedua semangat yang diteladankan oleh K.H. Ahmad Sanusi tersebut harus diwarisi, terus dirawat, dan dilantangkan.

Profil singkat KH Ahmad Sanusi

K.H. Ahmad Sanusi lahir di Sukabumi, 18 September 1889 silam. Ia merupakan putra dari Ajengan Haji Abdurrahim bin Yasin. Sebagai putra dari seorang kiai, KH Ahmad Sanusi belajar mengenai ilmu-ilmu Islam sejak ia masih kecil dan mengaji di beberapa pesantren di Jawa Barat.

Menginjak usia 20 tahun, diansir dari Kompas.com (8/11/2022), KH Ahmad Sanusi menikah dengan Siti Juwariyah. Selepas menikah, KH Ahmad Sanusi dikirim ayahnya pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama. Sewaktu di Mekah, ia juga sempat mendapatkan gelar sebagai Imam Besar Masjidil Haram.

Nah, sekembali ke kampung halaman, KH Ahmad Sanusi lantas membantu sang ayah mengajar di Pesantren Cantayan. Pada tahun 1915, beliau diminta oleh salah seorang kawan untuk menjadi penasihat Sarekat Islam Sukabumi. KH Ahmad Sanusi sempat menerima tawaran tersebut, namun tidak berlangsung lama karena tidak setuju dengan sistem sentralisasi dianut oleh Sarekat Islam. Beliau menginginkan dana dari anggota Sarekat Islam tidak semuanya diserahkan ke pusat, tetapi juga dibagi ke daerah-daerah. Sayangnya usulan tersebut ditolak.

Pada tahun 1922, KH Ahmad Sanusi kembali fokus dalam bidang pendidikan dan berdakwah sera mendirikan pesantren di Kampung Genteng. Berkat pesantren tersebut, KH Ahmad Sanusi mendapat julukan "Ajengan Genteng".

Perjuangan dan Kontribusi KH Ahmad Sanusi

Semenjak menjadi anggota Sarekat Islam, KH Ahmad Sanusi sempat menarik perhatian karena dianggap memberi inspirasi untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Belanda mendapat laporan adanya sejumlah warga di wilayah Priangan Barat melanggar perintah pamong desa setelah mengikuti pengajian KH Ahmad Sanusi.

Sejak saat itu, beliau mulai dianggap sebagai ajengan yang anti-pemerintah dan gerak-geriknya diawasi oleh pihak Belanda. Fitnah yang dilakukan pihak Belanda kemudian membuat KH Ahmad Sanusi sempat dipenjara di Sukabumi dan Cianjur, masing-masing selama enam dan tujuh bulan.

Pada tahun 1927, atas perintah Gubernur Jenderal ACD de Graeff, KH Ahmad Sanusi dipindahkan ke tahanan di Tanah Tinggi, Batavia. Setelah bebas pada 1934, KH Ahmad Sanusi kembali ke Sukabumi dan tinggal di Gunung Puyuh, serta mendirikan Pesantren Syamsul Ulum. Pada tahun 1944, tepatnya saat Jepang masuk ke Indonesia, beliau diangkat menjadi Foku Shuchohan atau Wakil Residen di wilayah Bogor.

Setelah itu, KH Ahmad Sanusi diangkat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI. Salah satu pemikiran KH Ahmad Sanusi adalah mengusulkan bentuk negara jumhuriyah atau republik. Peran penting KH Ahmad Sanusi dalam BPUPKI adalah ketika beliau menjadi penengah saat terjadi konflik mengenai sila pertama dalam rumusan dasar negara.

Tak hanya itu, saat revolusi berkecamuk, KH Ahmad Sanusi juga bergabung menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Beliau turut pindah ke Yogyakarta tahun 1946 dan baru kembali ke Sukabumi ketika perang berakhir. KH Ahmad Sanusi yang baru saja dianugerahi menjadi Pahlawan Nasional itu tutup usia pada 31 Juli 1950 dan dimakamkan di Gunung Puyuh. (*)

Pewarta : A. Tulung
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jateng just now

Welcome to TIMES Jateng

TIMES Jateng is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.