TIMES JATENG, BANJARNEGARA – Dampak kekeringan di wilayah selatan Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah saat ini semakin parah. Tercatat kekeringan sudah menyebar di 5 kelurahan dan 15 desa.
Kekeringan terparah terjadi di Kecamatan Kalitengah, Kaliajir Kecamatan Purwanegara, Jalatunda (Mandiraja) dan Petir Kecamatan Bawang.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Banjarnegara Andri Sulistyo saat dikonfirmasi TIMES Indonesia, Selasa (12/2023) menyebutkan warga yang terdampak kekeringan tercatat 7.628 KK atau 26.718 jiwa tersebut wilayah Banjarnegara bagian selatan.
Penyebab kekeringan untuk wilayah Selatan karena sumur dan sumber mata air yang biasa dimanfaatkan warga mulai mengering.
Sementara untuk warga perkotaan yang terimbas, karena pasokan air bersih PDAM tersendat akibat ada perbaikan teknis dari PDAM Banjarnegara.
Untuk mengatasi kekurangan air, pihaknya bersama dengan PMI terus melakukan droping air ke desa - desa yang dilanda kekeringan.
"Kita rutin melakukan droping air ke desa - desa yang sudah mengakukan permohonan bantuan. Seperti Kaliajir, Petir, Jalatunda, Kakitengah dan desa lain di Banjarnegara selatan," katanya.
Hingga saat ini pihaknya sudah melakukan droping air sekitar 700.000 liter air bersih. "Kita menggunakan 5 armada, setiap hari sekitar 15 - 20 trip," jelasnya.
Andri mengakui ada kendala saat droping air, karena masih minimnya penampungan sehingga waktunya tidak efektif. Oleh karenanya ia meminta lihak desa harap menyediakan tempat penampungan sehingga kita cepat memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sementara untuk masyarakat perkotaan, pihak PDAM setiap hari melakukan droping air ke daerah yang krisis air bersih di perkotaan akibat tersendatnya pasokan air PDAM.
Hal ini dibenarkan direktur PDAM Banjarnegara Ibnu. "Pasokan air PDAM tersendat karena debit mata air baku mengurang. Sehingga kita harus mengambil dari sumber lain dengan sistem pompa," jelasnya.
Sumber mata air baku Kaliori di Sigaluh misalnya, air baku sudah tidak bisa diambil karena debitnya berkurang drastis. Begitu juga sumber air di Susukan. Sehingga kita gunakan sistem pompa.
Disampaikan oleh Ibnu Bahar, bahwa masalah utama PDAM Banjarnegara karena kebutuhan air baku belum terpenuhi, sehingga selalu kekurangan air.
"Kebutuhan air baku kita, 430 liter/detik baru tersedia 197 liter/detik. Sehingga kita masih kurang banyak yakni 250 liter/detik. Makanya program kita ke depan bagaimana, kebutuhan tersebut bisa tercukupi," jelasnya.
Maka kita sedang mengusulkan ke Kementrian PUPR untuk pengadaan air baru dari Paweden Kecamatan Karangkobar dengan kapasitas 100 liter/detik.
"Alhamdulillah sudah disetujui, saat ini sedang review desain dan mudah - mudahan bulan ini," jelasnya. Air baku Paweden untuk memperkuat pasokan air perkotaan.
Sementara itu sejumlah warga di Desa Kalitengah Kecamatan Purwanegara yang belum kebagian droping air bersih sementara ini mengambil air dari sungai untuk mencuci baju.
Sedang untuk minum mengambil dari mata air yang ada di pinggiran kali desa setempat. Seperti yang dilakukan Ny Tuyen dan ibu - ibu lainnya asal Kampung Gromong.
Di sungai tersebut masih ada satu mata air yang airnya masih mengalir walau sangat terbatas. Sehingga warga harus mengantri. Mereka masih dapat mengambil air bersih sebanyak 4 jerigen isi 20 liter atau seratus liter dalam waktu 2 - jaman.
"Sedang untuk mencuci baju dan mandi menggunakan air galian yang dibuat di sungai," kata Ny Kismiyah (53).
Sekdes Kalitengah Sekdes Nasrun Amrullah mengaku terus berkoordinasi dengan pihak BPBD dan PMI Banjarnegara untuk minta droping air bersih.
"Sumber air di Kakitengah memang masih ada, tapi sangat terbatas. Sehingga tidak mencukupi kebutuhan warga. Maka kita minta droping air sampai ada hujan," katanya.
"Alhamdulillah sudah dua Minggu ini kita mendapat jadwal droping air bersih dari BPBD seminggu dua kali," katanya. (*)
Pewarta | : Muchlas Hamidi |
Editor | : Irfan Anshori |