https://jateng.times.co.id/
Berita

Waspada Suhu Panas di Madinah, Jemaah Haji Indonesia Diminta Jaga Kesehatan

Senin, 29 Mei 2023 - 23:18
Waspada Suhu Panas di Madinah, Jemaah Haji Indonesia Diminta Jaga Kesehatan Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi, dr. M. Imran. (Foto: MCH 2023)

TIMES JATENG, MADINAH – Memasuki akhir bulan Mei, Madinah mulai memasuki musim panas dengan suhu yang tinggi. Suhu di siang hari bisa mencapai 40 derajat Celsius atau bahkan lebih tinggi. Namun, perlu diketahui bahwa kelembaban udara di Madinah lebih rendah dibandingkan di tanah air.

Kelembaban udara yang rendah ini dapat menyebabkan panas terasa lebih menyengat tanpa tubuh mengeluarkan keringat. Padahal, mekanisme berkeringat diperlukan untuk menstabilkan suhu tubuh.

Kepala Bidang Kesehatan PPIH (Perlindungan dan Pelayanan Haji Indonesia) Arab Saudi, dr. M. Imran, mengingatkan jemaah haji asal Indonesia untuk mewaspadai suhu panas di Madinah. Jemaah haji perlu menyiapkan perlindungan tambahan agar tetap dapat beribadah dengan sempurna di tengah cuaca panas tersebut.

"Jemaah harus waspada terhadap cuaca panas di Madinah. Panas di Madinah akan terasa lebih menyengat, tetapi tubuh tidak akan berkeringat. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang dapat menghambat jemaah dalam menjalankan ibadah," ujar dr. Imran.

Terdapat lima penyakit yang sering muncul akibat cuaca panas di Madinah dan dialami oleh jemaah haji Indonesia. Pertama adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) yang ditandai dengan gejala batuk. Udara kering di Madinah dapat menyebabkan kekeringan pada lapisan mulut dan hidung, sehingga seringkali memicu batuk.

Penyakit kedua adalah dehidrasi yang cukup serius. Kelembaban udara yang rendah di Madinah seringkali membuat jemaah haji tidak langsung merasa haus saat beraktivitas di luar ruangan. Gejala yang sering dialami jemaah haji yang mengalami dehidrasi adalah pusing.

Kondisi dehidrasi ini juga sangat berbahaya bagi jemaah haji lansia, karena mereka cenderung mengalami gangguan persepsi haus. Sensasi haus pada lansia cenderung lebih lambat, sehingga ketika mereka merasa haus, itu menandakan lansia tersebut dalam keadaan dehidrasi yang parah.

Untuk mencegah kondisi ini, jemaah haji disarankan untuk minum air setiap 1 jam sebanyak 250 ml secara bertahap, misalnya dua atau tiga teguk air secara perlahan. Hal ini dapat mencegah tenggorokan menjadi kering dan menghindari terjadinya batuk. Kebiasaan minum seperti ini juga dapat mencegah terjadinya dehidrasi.

Penyakit ketiga adalah kelelahan akibat panas (heat exhaustion). Seperti yang kita ketahui, jemaah haji di Madinah melakukan aktivitas fisik, terutama berjalan kaki dari hotel ke masjid.  Dalam satu hari, jemaah akan berulang ke masjid Nabawi untuk menjalankan shalat wajib. Jemaah berisiko mengalami kelelahan dan terpapar sinar matahari terik terutama di waktu dzuhur dan ashar.

Hal ini bisa memicu heat exhaustion. Gejala yang sering muncul dari kondisi ini yakni pusing, kram otot, dan keringat dingin hingga pingsan.

Untuk mencegah terjadinya heat exhaustion, jemaah haji disarankan untuk menggunakan payung, membawa botol penyemprot air dan memakai masker terutama saat berkegiatan di luar hotel. Botol penyemprot dapat diisi air dingin untuk disemprotkan sebagai pengganti keringat untuk mendinginkan badan. Jemaah juga disarankan untuk menggunakan baju lengan panjang.

Keempat, adalah heat stroke yang merupakan tingkat lanjut dari heat exhaustion. Jika heat exhaustion tidak mendapatkan penanganan segera bisa jatuh ke kondisi heat stroke. Heat stroke adalah gangguan organ baik otak, jantung hingga ginjal karena suhu sehingga membuat seseorang mengalami kondisi seperti pasien stroke.

Pencegahan heat stroke sama halnya dengan heat exhaustion. Jika terjadi gejala heat exhaustion, segeralah menuju tempat yang teduh, kemudian basahi kepala dengan air. Jika tidak ditangani dengan benar maka kondisi heat stroke tidak dapat dihindari dan perlu dirujuk ke rumah sakit.

“Jika menemukan jemaah haji pingsan karena heat stroke maka jemaah tersebut harus dibawa ke tempat yang teduh dan basahi badannya dengan air dingin,” kata dr. Imran.

Yang terakhir namun paling sering dijumpai di Madinah yaitu kaki melepuh. Banyak jemaah haji Indonesia yang kehilangan alas kaki saat di masjid Nabawi. Lalu, jemaah haji memaksakan diri untuk berjalan kaki tanpa alas kaki. Dengan suhu Madinah seperti saat ini, berjalan tanpa alas kaki sejauh minimal 10 meter, sudah bisa mengakibatkan kaki melepuh.

Kondisi kaki melepuh ini memerlukan penanganan lebih lanjut dan bisa membuat ibadah terhambat.

“Jemaah dengan kaki melepuh bisa dirawat di KKHI selama kurang lebih 10 hari sehingga tertinggal rangkaian ibadahnya. Belum lagi jika pasien memiliki penyakit penyerta seperti diabetes melitus yang menyebabkan penyembuhan bisa mencapai 2 minggu,” imbuh dr Imran.

Untuk mengatasi kaki melepuh, jemaah haji diimbau jemaah haji agar membawa kantong untuk tempat sandal saat hendak salat di Masjid Nabawi. Selama di dalam masjid sandal bisa disimpan di kantung dan dibawa sendiri-sendiri.

Jemaah disarankan untuk membawa sendiri sandalnya dan tidak menitipkan kepada temannya karena ada risiko terpisah dari rombongannya. Bila jemaah kehilangan sendal pada saat matahari masih terik, diimbau juga untuk tetap berada di masjid.

Dengan melakukan pencegahan yang cukup, diharapkan jemaah haji dapat terhindar dari masalah kesehatan karena suhu panas dan beribadah dengan lancar. Jika jemaah haji memiliki masalah kesehatan, diimbau untuk segera berkonsultasi dengan tenaga Kesehatan di kloter masing-masing. (*)

Pewarta : Bambang H Irwanto
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jateng just now

Welcome to TIMES Jateng

TIMES Jateng is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.